Rustam Effendi Bangun Dari Sanggapura ke Singapura


 Gambar mungkin berisi: 1 orang, duduk

Tidak banyak kalak (orang) Karo yang jadi Toga dan Tomas di tempat kami di Batam. Salah satu dari mereka itu adalah Rustam Effendi Bangun.
"Apa itu Tomas apa itu Toga." tanyaku
"Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama". jelas pria 69 tahun yang telah mulai memutih seluruh rambutnya ini. 

Acap ke Singapura, di awal tahun 80 an, ia menjadi salah seorang "pemulung" sukses di Batam. Pada saat itu ia diajak oleh Marisa Haque/Ikang Fauzie menjadi pemain sinetron dan lokasi tempat kumpulan barang barang bekas yang akan dibawa ke Singapura dijadikan lokasi penggambaran sinetron itu. Namanya pak Bewok dalam Gelang Besi, bewoknya pun masih hitam tak seperti sekarang memutih.

Aktif di FKUB forum komunikasi antar umat beragama, baik di tingkat Batam, maupun Provinsi, ia juga di daulat menjadi ketua komisi di MUI Provinsi.
Tahu betul permasaalahan tentang Batam terutama yang menyangkut bidang agama, pria yang dulu bernama Terus Bangun ini, setelah mengucapkan duakalimat syahadat namanya berganti dengan Rustam Effendi Bangun, lahir di desa Sanggapura Namu Ukur, Kabupaten Langkat Binjai.

Banyak etnis dari Sumut mendiami Batam dan Riau, baik Riau Daratan maupun Riau Kepulauan. Begitu pula tentang agama dari masing masing daerah, apalagi menyangkut rumah ibadah, rumah ibadah orang Karo misalnya tidak menjadi satu dengan rumah ibadah orang Toba, begitu pula antara yang berlainan aliran. Jadi tidak heran kita melihat di Batam, banyak sekali rumah ibadah itu. Dan inilah tugas berat Pria yang menikah dengan boru Marpaung anak tentara asal Toba Porsea.   

Binjai sekitar 20an kilometer dari Medan, pendiri kota Medan itu adalah Guru Patimpus orang Karo bermarga Sembiring Pelawi, tahun 1590, Guru Patimpus itu sendiri adalah penganut Agama Islam yang taat. Dekat perbatasan antara Sumatera Utara dengan Aceh tepatnya di Pangkalan Brandan ada satu jembatan yang cukup vital menghubungkan dua provinsi itu bernama Jembatan Pelawi.

"Ben ijei" bahasa karo artinya bermalam disini, dulu para musafir, pedagang dari dan hendak ke Pantai Timur bermalam di Binjai, itu mungkin nama kota ini tercipta, meskipun ada yang menyebut Binjai berasal dari nama pohon sejenis Embacang yang banyak tumbuh di daerah tempat para musafir dan pedagang itu bermalam.
"Kakek Nenek saya orang Karo bilang Bolang , Bondong saya tak pernah jumpa, usia 4 tahun
Ayah saya sendiri meninggal dunia, menjelang naik kelas 2 Sekolah Rakyat ibu saya pula menyusul meninggal dunia." Ujar pak Rustam begitu orang orang di Batam memanggilnya.



Gambar mungkin berisi: 3 orang, orang duduk dan tabel
"Dulu orang orang kampung menyebut kami Pelbegu, Pemena, gak punya agama."Jelas Rustam lagi, sejak ditinggal kedua orang tuanya, ia, diasuh oleh abang tertuanya. Tahun 1964 dia memeluk Islam di Binjai.

"Padahal hampir 600 tahun sebelumnya Islam sudah dianut dan dikenal oleh Kalak Karo ya, malah pendiri kota terbesar ketiga di Indonesia (Medan) itu orang Karo." kataku mengingatkan.

Sebagian orang Karo risih disebut Batak, lagi ramai di bahas terutama di media sosial hal ini pun tak luput dari pengamatan Rustam.
"Kurang tau persis/pasnya, tapi para tokok-tokoh Karo juga mengatakan, ya, kita bukan Batak." tulisnya sembari mengatakan bahwa ia kurang menguasai Sejarahnya mengapa orang Karo tidak mau disebut Batak dan sejak kapan disebut Batak.
Sebenarnya yang layak disebut orang Medan itu ya orang Karo, karena nenek moyangnyalah yang mendirikan kota Medan.    

Kami acap bertemu di acara acara keagamaan, sama sama di MUI, petang kemarin kami bertemu, pengurus ormas Alwashliyah yang juga penasihat di Ikatan Keluarga Sumatera Utara (IKABSU) ini bersama rekannya dari Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) sedang membahas bea siswa bagi para Mahasiswa yang nantinya akan ditempatkan di wilayah terpencil.

itulah sekelumit kegiatan bang Rustam demikian aku memanggilnya, banyak lagi kegiatan yang lain terus ia lakukan. Boleh dikata hampir seluruh wilayah Riau sudah dijelajahnya, baik itu saat Riau masih belum terpisah, hinggalah sekarang ini. 
"Usaha naik turun, faktor keberuntungan kini belum berpihak, harus sabar, dan tetap bersyukur, semoga Allah SWT memberi kekuatan dan kesabaran." ucapnya.

Semoga bang Rustam sehat sehat selalu.    





        






      






Advertisement

0 Response to "Rustam Effendi Bangun Dari Sanggapura ke Singapura"

Post a Comment