Semoga Lekas Sembuh Sobatku.

Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih dan orang duduk
"Siapa namanya tok." tanyaku pada anak lelaki kecil sekitar empat tahunan yang "mengelendot" di leher ayahnya.
"Hayo itu ditanyak atok siapa namanya." timpal Andi Hidayat.
"Andi Ibrahim." jawab anak kelaki kecil itu. "Orang Bugis." lanjutnya lagi. Ia masih terus bergayut dipangkuan ayahnya.

Tengah hari kemarin aku sengaja ke rumah Alwi. Di Bengkong Harapan Batam. Membawa paket sembako dari Group Kawan Lama Batam.
Sudah agak lama juga enggak berjumpa dengan lelaki asal Bugis kelahiran Riau ini.
Awal tahun tujuh puluhan Alwi lah salah seorang warga Batam yang kukenal ketika itu.

Mereka tinggal di Belakang Padang depan Pulau Sambu terminal minyak Pertamina.
Batam, masuk dalam satu desa dengan Nongsa, kecamatan Belakang Padang.
Naik kapal kayu dari Tanjung Pinang turun di Belakang Padang.

Rumah keluarganya juga ada di Sei Jodoh Batam, tak jauh jua dari pangkalan agen minyak pak Denan. Kayaknya itu adalah pangkalan minyak pertama ada di Batam.
"Baru makan pisang, mulutnya penuh jadi dia diam saja." ucap isterinya Yuli. Saat kutanya apa dia masih bisa bicara. Kenal koq bang. kata Yuli lagi.

Alwi hanya menatapku, matanya sendu tak ada sepatah katapun yang terucap di bibirnya.
Senyum pun tidak tak ada ekpresi wajahnya. Tak lama matanya terpejam. Rupanya Alwi tertidur.
Biasa setelah ini dia tidur bang. jelas Yuli lagi.
Sudah pernah ke Sulawesi tanyaku pada Andi Hidayat anak lelaki tertua Alwi, ayah dari Andi Ibrahim.

Andi Hidayat, tersenyum mengatakan belum. Akupun tahu itu.
Alwi, meskipun pasih berbahasa bugis sepengetahuanku belum pernah ke kampung halamannya.
Kami sama sama mengajar Pramuka di Batam sejak awal lagi dibentuk Pramuka di Batam. Dari Alwi aku sedikit tahu tentang Bugis.

"Macam macam bahasanya kak." jelas Alwi ketika itu.
Orang Bugis bilang jalan jalan "Jokka Jokka". Kalau Makassar "Jappa Jappa" di Batam banyak yang dari Selayar mereka bilang "Lingka Lingka."

Alwi memanggil ku "kak" sejak awal kenal, tak banyak lagi teman seangkatan kami yang masih hidup. Alwi sudah hampir setahun tertidur di pembaringan.
"Kami sekarang pindah kesini wak." kata Andi Hidayat. Membantu merawat ayahnya.

Tak terasa sudah lebih empat puluh tahun ya." kataku, umurmu sekarang berapa tanyaku pada Andi Daeng, orang di lingkungannya mengenalnya seperti itu sudah Andi, Daeng lagi.
"32 wak" kata lelaki yang wajahnya mirip ayahnya di kala masih muda itu.

Sayang sama ayah ya, ayahmu dulu tak sempat kenal dengan ayahnya, kecil sudah meninggal dunia.
Azan zuhur terdengar dari masjid Bengkong Harapan, tetapi jalanan masih penuh dengan bangku meja dagangan tempat orang berjualan, kenderaan roda empat tak bisa melalui pasar Bengkong Harapan itu.

Kutinggalkan Alwi sedang tertidur. Badannya agak hangat sedikit.
Semoga lekas sembuh sobatku.

Advertisement

0 Response to "Semoga Lekas Sembuh Sobatku."

Post a Comment